Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Di saat pakaian yang aku pakai ke kampus 'lebih' dibanding yang lain (lebih terlihat menonjol atau kalo bahasa narsis dariku stylish) semua orang komentar heboh, nah ketika pakaian yang aku pakai ke kampus biasa-biasa dan casual saja, orang-orang komentar juga. Ada yang komentar, "Tumben casual.." , ada juga yang, "Hari ini nggak keren ah, nggak kayak kemaren", ada juga yang komentar, "Kok lo kayak gini sih, gw nggak suka ah lo yang begini, bukan lo banget". Terus maunya gimana?
Tapi memang sih, karena pakaian yang biasa aku pakai sehari-hari ke kampus, banyak mata yang tertuju padaku memperhatikan dari ujung rambut hingga ujung kaki. Kayaknya anak-anak di Fakultas udah pada "ngeh" deh sama aku. Meskipun mungkin nggak tau aku namanya siapa atau anak jurusan apa angkatan berapa, tapi sepertinya mereka mengenali wajahku karena gaya pakaian yang biasa aku pakai yang mereka sebut "Harajuku style" itu.
Dengan hal ini kadang-kadang suka ngerasa agak tersanjung juga kalo habis kenalan sama orang, terus mereka bilang, "Baju yang lo pake sehari-hari lucu deh, gaya Korea2 gitu". Nah, berarti dia memperhatikan aku sebelum kita berkenalan. Atau kayak gini, "Pantesan, gw sering ngeliat lo". Eh, padahal gw kagak pernah memperhatikan keberadaan lo (kataku dalam hati). PARAH!!!
Tapi ada sisi yang tidak menyenangkan juga dengan hal ini. Dengan mereka tahu aku atau mengenal wajahku, akan ada hal yang membuat tidak nyaman, seperti jadi dibicarakan di belakang. Hari ini ada kejadian di mana aku merasa takut. Ceritanya begini, sore tadi aku dan temanku yang bernama Bizka pergi ke stadion UI untuk menonton pertandingan futsal final antara fakultasku melawan fakultas tetangga.
Lalu, ketika kami memasuki gerbang kemudian berjalan menuju bangku penonton, banyak wajah lelaki fakultas tetangga yang melihat ke arah kami berdua. Bahkan sampai 5 menit setelah kami duduk di bangku, masih saja beberapa dari mereka matanya tertuju ke kami.
Sialnya, hari itu fakultas kami kalah dengan skor 4-1. Kemudian begitu peluit panjang wasit dibunyikan, kami langsung bergegas pergi karena takut pulang alias keluar gerbang bersama dengan para lelaki fakultas tetangga yang terlihat garang itu, apalagi aku dan temanku hanya berdua saja dan sama-sama perempuan. Nah, ketika kami berjalan melewati mereka, mata mereka tertuju ke arah kami. Kemudian satu atau dua di antara mereka melontarkan komentar yang mengarah ke kami, "Kok tadi diem aja sih?" Aduh, itu maksudnya apa? Udah deh, karena merasa seram juga, aku hanya diam tanpa berani menoleh, kemudian melangkah lebih cepat. Bahkan kata temanku si Bizka,ketika dia menoleh ke belakang untuk mencari keberadaanku, beberapa dari lelaki tersebut masih saja memperhatikan kami.
Nah, yang membuat aku bingung dan resah adalah, apakah mereka juga sudah mengenali wajahku karena gaya berpakaianku yang lain daripada yang lain? Apalagi aku sering makan di kantin fakultas tetangga itu. Dan kalau iya, sepertinya dalam seminggu ini aku tidak akan makan di sana, karena takut mereka akan mengenali aku, kemudian melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan padaku, apalagi ditambah mereka sudah tahu kalau aku bukanlah warga fakultas mereka. Aigo!!
Jadi sekarang gaya pakaianku harus bagaimana? Sebenarnya akhir-akhir ini aku ingin berpenampilan biasa saja, toh dengan berpakaian biasa saja badanku tetap terlihat tinggi dan ramping. Hohoho... bercanda. Tapi... Ya sudahlah.
Nah, sekarang kita bicara mengenai apatis dan anti sosial. Terus terang di satu semester belakangan ini aku benar-benar sangat anti sosial sehingga apatis terhadap apa yang terjadi di Fakultas ku. Aku tidak ikut kepanitiaan apa pun. Dan aku sudah menolak sekitar 4 tawaran kepanitiaan, padahal mereka menjanjikan posisi yang baik untukku (bukan cuma sekedar staff). Kok aku nyebelin banget ya? Bukannya tidak mau turut membantu dan berpartisipasi, tapi, aku benar-benar sedang fokus pada hal lain, yaitu bekerja! Ya, aku bekerja demi menabung untuk exchange ataupun vacation out of country. Jadi setiap hari Selasa dan Kamis aku pulang malam dan badanku rasanya benar-benar rapuh. Tapi sejauh ini, tugas-tugas kuliahku masih bisa aku kerjakan dengan cukup baik. Ya intinya, kuliahku masih dapat dikendalikan lah. Tapi ya itu, dengan keapatisanku itu, aku jadi tidak kenal siapa-siapa, karena aku tidak pernah ikut kegiatan apapun di Fakultas ku.
Tadi, waktu menonton futsal aku tidak mengenal para suporter lain dari fakultasku yang duduk berdekatan atau satu blok denganku. Memang mereka anak jurusan lain sih, tapi aku jadi merasa agak asing berada di sana. Jika seandainya aku sering nongkrong di kantin fakultasku, mungkin rasanya akan sedikit berbeda. Masalahnya, kantin fakultasku itu pilihan menunya tidak banyak dan ramai sekali. Bukannya kantin fakultas tetangga yang biasa aku kunjungi tidak ramai, tapi tidak tahu mengapa dengan berada di kantin fakultasku aku jadi merasa sangat pusing. Berisik, dan mereka hanya duduk untuk mengobrol tidak penting dan mempercepat kerusakan paru-paru mereka. (tebak saja apa yang mereka lakukan). Jadi ya... aku malas untuk ke sana. Intinya mereka yang sukanya nongkrong di sana adalah mereka yang sangat menganggur dan tidak ada kerjaan lain yang lebih penting serta sangat senang membicarakan orang lain alias bergosip ria.
Keapatisanku juga terasa ketika tadi menonton debat calon ketua dan wakil ketua BEM fakultasku. Terus terang di antara 4 orang (ketua dan wakil ketua dari dua kubu), aku hanya mengenal satu orang, yang lain aku tidak tahu menahu mengenai siapa mereka. PARAH!! Mereka pun juga tentunya tidak tahu aku ini siapa. Hahaha
Mungkin seterusnya aku akan berusaha untuk lebih up to date dengan apa yang terjadi di fakultasku dan harus ikut kepanitiaan fakultas. HARUS!!! Terserah mau acara apa dan posisi apa! (bercanda). Aku juga harus menonton berita setiap hari dan membaca koran. Karena jujur, aku tidak tahu apa yang terjadi di KPK saat ini dan kasus Bank Century itu tentang apa sih? Apa lagi issue internasional, aku semakin tidak tahu lagi. Hmmmphhh... aku juga harus berusaha untuk aktif di organisasi English Debating yang aku ikuti sekarang, karena bahasa Inggris ku jadi tidak sebagus dulu lagi, dan kemampuan public speaking dan argumentasi ku jadi tidak terasah. Aduh... lots of expectation!! Harus mulai dari mana????
yang masalah apatis, ga cuma lu lg. hampir semua "mereka" masa bodo. who cares ngurusin debat candidates ........ cuma masih mending kita kali y tu jg disuruh ikutan sm seorang teman sejurusan. nothing tulus lah y hhe. nah yg bikin shock tu waktu d stadion UI, oalah ttangga kita ko' noticed gitu dg kita y? bahkan sampai dikeluarkan kata2 yg lembut & baik. ga seperti saat mendukung team-nya versus team dr fak kita - yg ngeluarin kata2 kasar, bacot, nada tinggi, tempo tak berirama ckckckckckckckckckckckckckc. jgn2 d antara mereka ada yg naksir lu & gw? ow ow PD dikit O:-)
ReplyDeletemakanya nongkrong di takor, then. hehe
ReplyDelete@Febi : gw pusing kalo ke takor, nggak tau kenapa... hehe. udah mahal2 lagi...
ReplyDeletehahaha... gw baru baca nih postingan lo ini. Waah... beda sama Febi yg nganjurin nongki di takor (soalnya gw jg jarang nongki disono :D) gw mengiyakan lo ikut kepanitiaan! yehaaa...! pekom jadi apa? tim registrasi CreAdTive aja yuks...
ReplyDelete