Share |

May 30, 2009

My New Friend, Neighbour, Whatever...

N.B. fotografernya kagak jago, jadi waktu Norah merem kena jepret


Okay, mari sekarang saya bercerita dengan bahasa Indonesia lagi. Wow, mendadak saya jadi lupa bagaimana cara berbicara dan menulis dengan bahasa Inggris. Tidak juga sih, tapi meskipun sebenarnya tidak bisa disalahkan juga, tapi bukan itu alasan saya sekarang menulis dengan bahasa Indonesia. Well, jadi, kata salah satu pembicara pada Journalist Days di FE UI beberapa minggu yang lalu, menulis di blog dengan bahasa Indonesia itu penting untuk perkembangan Citizen Journalism di Indonesia. Hmm… setelah saya pikir-pikir, ada benarnya juga. Jadi, mari berbahasa Indonesia! (for foreign readers, don’t worry, later I will write in English again :p).

Jadi, seminggu yang lalu, hari Kamis, tanggal 21 Mei tepatnya, saya mendengar ada suara percakapan dengan bahasa Mandarin yang terdengar dari kamar saya. Saya kemudian berbicara sekaligus berpikir dalam hati, mereka orang Chinese-Indonesia atau Chinese asli? Dan ternyata, mereka orang Chinese asli! Satu di antara mereka sudah cukup lama tinggal di Indonesia, jadi bahasa Indonesia nya dapat dikatakan lumayan lancar lah. Nah, yang satunya lagi, baru “fresh” datang dari Cina, jadi tidak bisa berbicara dengan bahasa Indonesia (sama sekali, waktu itu dia hanya bisa menghitung angka 1 sampai 10). Dan untungnya…. dia lancar berbahasa Inggris. Ngomong-ngomong, yang baru fresh datang dari Cina itu singkat kata nge-kost di samping kamar saya, persis. Ya, dia, hanya dia, tidak dengan temannya. Sebenarnya saya lebih dulu kenal dengan seorang Chinese yang bisa bahasa Indonesia itu, Rini, begitulah nama yang ia perkenalkan pada saya (aneh, kok namanya Indonesia?), tapi kemudian Rini memperkenalkan saya pada temannya, yang bernama Norah, yang tinggal di samping kamar saya itu. Norah anaknya cantik, terlihat ramah, usianya saya prediksikan saat itu sekitar 20-an dan ternyata benar, dan…. tampangnya tidak terlihat seperti orang Chinese. Dia agak terlihat seperti cewek Korea atau Jepang.

Dari situlah bercakap-cakaplah saya dengannya (dengan bahasa Inggris tentunya). Dan saya jadi bersyukur karena bahasa Inggris saya yang cukup lancar dan bahkan Norah bilang pun tidak berlogat Indonesia. (terserah mau dibilang British, American, atau apa lah, tapi bukan Singapore atau Afro-american lho ya…) Kenapa saya mesti bersyukur? Karena dengan kemampuan bahasa Inggris saya yang… ya, “cukup” lah, tidak bisa dikatakan perfect, saya jadi dengan mudah berkomunikasi dengan Norah, dan Norah sekarang jadi cukup dekat dengan saya dibanding penghuni kost yang lainnya. (beuh… berasa paling jago bahasa Inggris lo?) Tapi sepanjang pengamatan dan perbandingan saya dengan teman-teman kost saya yang orang Indonesia itu, ya, sepertinya begitu. (ingat, ini hanya pada level conversation, bukan grammar maupun listening, dan saya cuma menang di accent aja, karena sumpah, dengan accent saya ini saya jadi terlihat pro dan super cas cis cus di mata orang lain, bahkan beberapa teman-teman saya mengira kalo accent saya dibuat-buat sok British seperti Cinta Laura, padahal… sumpah lagi, ini asli, memang lidah saya dari sono nya begini, tanpa harus stay abroad terlebih dahulu. O ya, kalo masalah vocabulary, kagak tau dah).


Jadi, Norah ke Indonesia untuk belajar bahasa Indonesia, les bahasa lah, di BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing) yang ada di Fakultas Ilmu Budaya UI. Saya sering berkunjung ke kamarnya untuk mengajarinya bahasa Indonesia, ataupun sekedar ngobrol, tadi malam ipun saya ikutan “belajar bareng” dengannya plus teman-temannya yang anak BIPA juga, yang kebetulan…. ASIA TIMUR semua!!! Ada Japanese dan juga Korean di sana. Okay, yang ini saya ceritakan secara detail nanti. Satu hal yang menarik untuk berteman dengan Norah (selain mempraktikkan bahasa Inggris, menambah teman asing, dan menambah pengalaman mengajar) adalah saya jadi lebih memahami hidup dan bisa dikatakan mendapat pelajaran yang cukup berharga darinya. Tiga hari dia tinggal di kost an saya, kita sudah jalan bareng (dia yang meminta saya untuk menemaninya ke Gramedia dan ke Mall, mau cari Alfalink en ke supermarket tuch anak). Dan saat itu, kita berdiskusi tentang banyak hal, termasuk hal-hal yang cukup kompleks, ada unsur curhatnya juga, bahkan diskusi tentang AGAMA! Tapi semuanya berjalan sangat santai, Norah anaknya cukup easy going dan friendly, dan alhamdulillah.. karena conversation Inggris saya lumayan lancar, semuanya jadi berjalan dengan mudah.


Suatu ketika, pada suatu malam, saya berkunjung ke kamar Norah, awalnya kita hanya membahas mengenai interpreter yang ia cari untuk perusahaan temannya. Tapi kemudian, sampai ke hal-hal lain, seperti alasan mengapa ia memilih nama Inggris “Norah” untuknya (nama aslinya Yang, lupa saya nama lengkap Chinese nya). Saat itu ia mengatakan pada saya (dengan bahasa Inggris) bahwa ia memilih nama Norah karena selain ia mengagumi Norah Jones (penyanyi jazz international yang ngetop banget lewat lagu “Don’t Know Why” itu), hal lain adalah karena ia melihat dalam buku nama atau apa lah itu, saya lupa, bahwa Norah itu artinya sebuah harapan (menurut bible). Kemudian ia melanjutkan dengan serius dan penuh penghayatan, “Hope / harapan itu sangat penting untuk dimiliki seorang manusia, dengan harapan, kita jadi tetap bisa bermimpi, dan mimpi itu penting, dengan harapan kita jadi mempunyai tekad untuk lebih baik lagi, dengan harapan, kita jadi memiliki target yang ingin kita capai dan berusaha untuk memenuhi target itu.” Begitulah kira-kira perkataan Norah. Entah mengapa saya jadi merasa sendu dan hampir menitikkan air mata, sangat mengharukan dan penuh makna perkataan seorang teman saya yang usianya lebih tua empat tahun dari saya itu, dan yang baru saya kenal beberapa hari itu, dan dia…. WNA!


Some dreams, live on in time forever

Those dreams, you want with all your heart

And I’ll do whatever it takes

Follow through to the promise I made

Put it all on the line

What I hope for at last would be mine

If I could reach…

Higher

Just for one moment touch the sky

For that one moment in my life

I’m gonna be… STRONGER

...


Yang kedua, “Bring it all Back” dari S Club 7 (sekarang masih ada apa sudah bubar ya?)

Don’t stop, never give up

Hold your head high and reach the top

Let the world see what you have got

Bring it all back to you

Yang ketiga, “I hope you dance” dari Lee Ann Womack (penyanyi country yang cukup tenar dan bertahan lama di US gitu)

jujur, saya sangat suka dengan lagu ini karena penuh kiasan dan terdengar begitu puitis dan “mengena”

sedikit kalimat saja…

And when one door closed is hope one more open

Promise me that you will have a fighting chance

If you have a choice to sit it out or dance

I hope you dance

Makna lagu ini kurang lebih ialah, apabila ada satu kesempatan yang tertutup, yakinlah bahwa masih ada kesempatan lain yang terbuka. Jadi, jangan pernah kehilangan semangat untuk berjuang. Dan apabila ada jalan dan pilihan apakah kita mesti berusaha atau diam saja menunggu, kita harus memilih untuk berusaha.

O ya, there is one more song from Arashi, J-pop boyband, judulnya “Believe”

ini potongan arti liriknya dalam bahasa Inggris… (aslinya pake bahasa Jepang, bo)

That's right, we're always waiting
No matter how long it takes, we wait
Because the dream that we're always hold in our hearts
On the road that goes on forever
Will surely come true
We'll go on, crying, laughing


Kurang lebih maknanya adalah, kita sebagai manusia akan selalu menunggu “mimpi-mimpi” kita untuk terwujud. Karena “mimpi-mimpi” yang selalu berada di hati kita yang meskipun nampaknya masih sangat jauh, pasti akan terlaksana. Kita akan menjalaninya dan meraihnya dengan tangis dan tawa. Semuanya demi menjaga mimpi yang tersimpan dalam hati kita.

ngomong-ngomong, semua lagu ini (kecuali lagu Arashi yang terakhir, secara lagu Japan men!) saya tulis dengan mengandalkan ingatan saya, tanpa membuka lirik lagu aslinya di internet, tapi insya Allah dan saya cukup yakin bahwa >90% akurat (berhubung ingatan dan hafalan saya di lagu, khusunya lagu international, cukup dahsyat). Oh no, international? Bahkan, beberapa hari bertemu dengan saya pun, Norah berkata, “You are intenational girl”. Wekzzz… maksudnya apa? Tapi mungkin dia tidak salah. Nyambung lagi nih, masa kemaren waktu lagi belajar sama Norah, kan ada temennya orang Jepang yang namanya Naoko. Naoko ini bahasa Indonesia nya sudah cukup lancar (secara dua tahun sudah belajar bahasa Indonesia di Jepang, meskipun frekuensinya cuma sekali seminggu). Nah, jadi ceritanya saya waktu mengajari Norah suatu kata dalam bahasa Indonesia, saya mengeja dengan alphabet Inggris. Kemudian, Naoko berkata pada saya, “Kamu ini orang Indonesia, kok pake bahasa itu? Bahasa Indonesia dong…” (kurang lebih begitu lah). Well, saya jadi “terketuk” untuk lebih menggunakan bahasa Indonesia (termasuk dalam menulis blog ini). Tapi, kalau bahasa Inggris saya diabaikan, nanti saya lupa dong? Duh, ada yang bisa memberi solusi?


Another lesson…

Di malam yang sama ketika Norah bercerita pada saya mengenai arti namanya, saya bertanya padanya mengenai apa musik favoritnya. Kemudian ia memperlihatkan (tepatnya memperdengarkan) beberapa koleksi lagu-lagu di playlist I-Tunesnya. Sampai ketika ia menunjukkan lagu “I’m with You” dari Avril Lavigne. Tau kan liriknya? Ini deh…

I’m standing on the bridge

I’m waiting in the dark

I thought that you’d be here by now

There’s nothing bout the rain

No footsteps on the ground

I am listening but there’s no sound


Kemudian, Norah mengatakan bahwa ia sangat menyukai lagu itu, karena ia pernah merasakan situasi yang sama seperti lagu itu. Di negeri asalnya, ia pernah berdiri sendirian di atas jembatan, dan banyak orang berseliweran melewatinya, tetapi tidak satupun yang ia kenal. Tidak menyangka, bahwa orang secantik dia, pernah mengalami situasi seperti itu. Dan yang menarik adalah, untuk ukuran perkenalan beberapa hari, Norah sudah bisa curhat. Kalo orang seperti saya, pasti Anda sudah bisa menebak bahwa saya kerap merasa kesepian, meskipun tidak sampai pergi ke atas jembatan.

Begitulah, dalam beberapa hari saya dan Norah sudah akrab, dan dia memberikan banyak pelajaran berharga bagi saya. Meskipun dia mungkin hanya berada di kost an saya untuk dua atau tiga bulan saja. Hikz… Tapi ada hikmahnya juga saya mengambil Semester Pendek tahun ini. Jadi saya tidak liburan tiga bulan sehingga bisa tetap berada di kost an, dan bisa lebih dekat dengan Norah. Hmm… mungkin nanti saya akan dikenalkan dengan teman-temannya yang Japan atau Korean, dan mudah-mudahan… hi hi hi… Ada yang ganteng :D (membayangkan Kyuh Yun Super Junior atau Jin Akanishi nya Kat Tun). LEBAY… Sepertinya kisahku dengan orang-orang Asia Timur terus saja berlanjut tahun ini dan tidak tahu, apakah akan berganti dengan bangsa lainnya?



3 comments:

  1. gw jadi inget punya temen dari amerika, jepang dan korea dulu, juga orang jerman. gw paling doyan ngajarin mereka lafal bahasa indo dengan memotong2 bacaan2 perbendaharaan kata inggris.
    hehehehehehe

    ReplyDelete
  2. well, coba lihat perbandingan ethen dengan norah difoto ? manisan siapa yah kalau difoto ?

    sumpah norah maniiiiiiiiiiiiiisan aslenya y!
    btw tanyain ke dia dong ten, napa rambutmu selalu diikat full sampe kening terlihat begitu kinclongnya hingga seorang manusia jelmaan bikun ini, terkulai melihat kinclongnya karena aku tidak sejernih keningnya wk ,wk ,wk

    ReplyDelete
  3. ternyata kita punya pengalaman yang sama
    http://gulagulakaki2.wordpress.com/2010/02/23/bidadari-cina-selatan-part-2/

    ReplyDelete

Any comment, please?